Salah satu yang paling terkena dampak di dalam konflik adalah wanita. PBB mencatat 75% korban di daerah konflik adalah wanita di mana wanita selalu menjadi korban kekerasan seperti penganiayaan dan perkosaan. Hal tersebut dituturkan oleh Mrs. Raha Rahal dari UN Gender Affairs Office dalam kegiatan Military Gender Task Force Training of Trainers Course yang diselenggarakan oleh UNIFIL Sector East pada tanggal 21 s.d 23 Januari 2019.
Gender issue merupakan salah satu materi yang wajib diberikan kepada peacekeepers di setiap misi PBB. Pengetahuan ini pun lebih ditekankan untuk diberikan kepada women peacekeepers karena wanita yang menjadi korban di daerah konflik akan lebih terbuka bila mendapatkan penanganan oleh sesama wanita.
Seluruh satuan jajaran dari Unifil Sector East mengirimkan perwakilan yang dilatih untuk menjadi trainers sekaligus nantinya akan menjadi gender advisers. Sertu (K) Nidya dan Serda PM/W Mega Elvira, keduanya Wan TNI Satgas MPU Konga XXV-K/Unifil yang dikenal dengan Sector East Military Police Unit (Sempu) adalah perwakilan yang ditunjuk untuk mengikuti kegiatan tersebut
Materi pada Training of Trainers tersebut bersifat interaktif, di mana selain diberikan gambaran seperti Conflict Relation Sex Violence yang banyak berdampak pada wanita, setiap peserta yang dibagi dalam beberapa tim gabungan juga melakukan diskusi dan saling bertukar pikiran serta wawasan tentang gender issue di negara masing masing sehingga harapannya akan menciptakan visi dan misi yang sama nantinya sebagai gender advisers.
Pada hari terakhir, UNIFIL Sector East Commander, Brigjen D. Antonio Romero Losada sebelum secara resmi menutup kegiatan pelatihan mengatakan bahwa pelatihan gender tersebut akan membawa dampak positif bagi masyarakat khususnya wanita di daerah operasi sehingga dapat berkontribusi positif dalam mendukung Operasi Pemeliharaan Perdamaian di Lebanon Selatan.